Senin, 23 Januari 2017

THE SHAPE OF VOICE

Mangaka        : Oima Yoshitoki
Art                  : 3.8
Rating            : 4.5/5
Genre             : drama, slice of life, romance, comedy, shounen
Story               :
THE SHAPE OF VOICE adalah salah satu manga yang ceritanya unik. Berbeda dengan kebanyakan cerita shounen lainnya, manga ini terlihat begitu realistis. Bercerita tentang Shoya Ishida, Si Cowok Pembenci Kebosanan yang masih duduk di bangku SD, selalu berpetualang dari kecil untuk bersenang-senang. Shoya terkenal karena kenakalannya, kebadungan, kebodohan, dan semua hal negatif yang ia lakukan bersama dua orang rekan sepermainan yang ia bilang ‘teman’.
Semua kenakalan yang ia lakukan membuat ia merasa bahwa hidupnya menjadi lebih hidup. Namun, kehadiran seorang anak pindahan ke kelasnya membuat kehidupannya berubah. Shoko Nishimiya, seorang anak perempuan penderita tunarungu, menjadi sasaran kenakalan Shoya selanjutnya. Berkali-kali dipanggil guru tidak membuat ia jera mengganggu Shoko. Hingga karena penindasan yang terus menerus dilakukan oleh Shoya membuat ibu Shoko menyerah. Shoko pindah sekolah dan semenjak itulah Shoya merasa bagaimana rasanya menjadi objek penindasan. Guru menyalahkan mereka sekelas dan meminta penjelasan. Semua teman-temannya kompak menjawab bahwa ialah yang menjadi ide penindasan itu. Akhirnya, teman-teman dan guru menjauhinya.
Mungkin Shoya selamanya akan tenggelam dalam dunia statisnya. Pulang pergi sekolah tanpa ada hal menarik. Lepas dari kejadian di SD Shoya memang menjadi pribadi yang murung. Lebih dari itu, ia menyadari bahwa memang karena kenakalannyalah ia mengalami itu semua. Dan yang pasti, dari itu ia belajar bahwa tak ada teman yang sesungguhnya di dunia ini. Semua munafik dan berpura-pura.
Hingga di suatu hari Shoya yang baru pulang dari SMA-nya bertemu kembali dengan Shoko. Ia tahu bahwa ia harus mengubah semua perilaku buruknya. Namun, tak mudah. Semua sudah mengecapnya sebagai pembuat onar. Berbekal dengan bahasa isyarat yang ia pelajari dari dulu demi membayar rasa bersalahnya, ia mencoba mendekati Shoko. Dan dari sanalah ia ‘mengenal’ Nagatsuka, Yuzuru, Sahara, Kawai, Ueno, dan Mashiba.

For me             :
Artnya memang ga terlalu aku suka. Ehm, mungkin karena keseringan baca shoujo yang artnya cakep-cakep gitu. Tapi, ceritanya bagus, kok. Manga yang mendidik kalau menurut aku. Stop bullying! Kita ga akan menjadi bahagia karena menyengsarakan orang lain. Dan yang pasti, pembalasan itu pasti ada. Entah di dunia atau di akherat. Entah sekarang atau di masa yang akan datang.
Aku jadi ga heran kalau manga ini termasuk ke dalam list Most Have-nya kolektor. Ceritanya beda dan bermakna. Btw. Mangakanya cakep, loh. hihhiiii



Bengkulu, 2017.01.24

Tidak ada komentar:

Posting Komentar